Kurikulum baru
Malam hari,,
Angin
berhembus kencang dan dinginnya musim kemarau perlahan seperti bisikan.
Sebenarnya Nay tinggal memejamkan kedua matanya di tempat yang cukup berantakan
dengan aksesoris buku-buku pelajaran yang menghiasi kamar itu, namun Nay tidak
bisa tidur.
Buku yang sedang di bacanya tersimpan
di balik bantal tempat tidurnya. Namun sampul buku itu seakan-akan menekan
telinga Nay dan mengajaknya untuk menikmati tulisan-tulisan yang ada di
halaman-halamannya. Mungkin buku itu memperingatkan Nay karena besok ada
ulangan. Selama 5 bulan yang lalu telah menjadi awal sekaligus mengubah begitu
banyak hal tentang dunia pendidikan. “huahhhhhh hh..!! besok ulangan pelajaran
yang dapat membuatku tambah gila”. Begitulah ucapan Nay kalau ada ulangan
pelajaran yang ia tak sukai. Ia pun kembali mengambil benda persegi keras yang
ada di balik bantalnya.
Sekarang dunia pendidikan memang
menggunakan kurikulum baru, kurikulum yang menjengkelkan bahkan ada beberapa
anak yang menganggap kurikulum baru tersebut menjadikan mereka seperti robot.
Sekarang siswa yang harus aktif , mencari referensi sendiri, bahkan sekarang
siswa sendiri menjadi guru bagi dirinya sendiri.
Pagi hari ,
Nay berada di
salah satu sekolah SMK di Jawa Tengah Indonesia yang mempunyai
bangunan-bangunan megah, yang terlihat mewah jika di lihat karena ada beberapa
taman dan juga beberapa pepohonan yang menghiasi sekolah itu. Ia berjalan
menuju ruang kelas yang nampak rapi dan juga megah, sebagian temannya sibuk
dengan bukunya dan seolah seperti dukun yang sedang membaca mantra , mereka
sibuk mempersiapkan materi untuk ulangan di jam pertama. Dan bel pun berbunyi
.........Kringgggg,,,
Pertanda semua siswa harus berada di
dalam kelas untuk menerima pelajaran. Setelah guru datang dan ketua kelas
menyiapkan semuanya untuk berdoa maka ketika akan ulangan, muncul perintah dari
guru “keluarkan kertas”. Nay pun juga
terlihat menikmati ulangan menjengkelkan itu “emmm.. akan ku coba untuk
menuliskan nama dan memegang bolpen ini, inikan siasat salah satu guru saat akan ulangan, ada
keajaiban apa setelah ini, aku akan membuktikannya” ucap Nay dalam hati.
Setelah 20 menit berlalu Nay pun
nampak bingung , karena tidak ada keajaiban , kertas ulangannya nampak masih
kosong, sedangkan teman-temannya terlihat hampir selesai. Maka Nay pun dengan
daya ingat saat menghafalkan materi semalam mencoba mengerjakan soal ulangan
dengan raut muka agak kesal “ ternyata sia-sia setelah aku menuliskan nama dan
memegang bolpen tidak ada keajaiban, mungkin aku akan mendapatkan nilai nol,”
Waktu pergantian pelajaran pun telah
berbunyi, kini semuanya sudah harus siap menerima pelajaran lain. Di kurikulum baru ini guru hanya menjelaskan
sekitar 20 menit sisanya siswa yang harus aktif,, setelah guru yang mengampu
pelajaran itu selesai menjelaskan maka beliau akan bertanya kepada siswanya “ apakah ada
pertanyaan??” serempak akan menjawab “tidak” begitupun dengan Nay, maka guru
akan berkata “ ini sudah bukan kurikulum lama, jadi kalian harus aktif” .
Mendengar semacam itu Nay berpikir dan berkata dalam hati “ aku akan
berpura-pura menjadi siswa aktif, aku akan tertawa ketika guru-guru mengajak
bercanda siswanya di dalam kelas, aku akan menanyakan semua pertanyan yang
mungkin aku sudah tau jawabannya, agar semua orang mulai memandangku sebagai
siswa yang aktif, dan aku akan mendapat nilai minimal B. ”
Kurikulum baru ini memang membuat
sebagian anak merasa stres karena
banyaknya tugas, dan harus mencari referensi sendiri, “ huh,, sebenarnya aku harus bangga atau
menjadi gila untuk kurikulum baru ini?? apakah
Aku harus bangga karena aku menjadi robot yang punya perasaan dan di
kendalikan oleh tugas-tugas dari guru yang ini, yang itu dan yang ini lagi,itu
lagi dan bla,,blaa, atau aku harus gila karena harus di kejar dengan
tugas-tugas dan juga waktu?” ungkap Nay dalam hati yang sedikit kesal.
Namun mau bagaimana lagi, semua sudah
di tetapkan dan semua sudah berjalan, jadi
mau tidak mau harus menelan semua kepahitan di kurikulum baru ini.
Setelah pelajaran usai Nay segera
Pulang, dan dalam perjalanan pulang ia pun mengatakan sesuatu pada dirinya
sendiri “Tidak ada artinya menyesali yang sudah terjadi, Tidak perduli seberapa hebat
penderitaan itu. Aku akan terus berjalan, walaupun dengan kurikulum yang
membuat darahku seakan mendidih, namun secara otomatis aku akan tetap maju” .
...............END..............
